Tuesday, January 10, 2017

Cara Membuat Silase Untuk Pakan Ternak

Di daerah seperti di Indonesia yang terdapat dua musim, musim hujan dan musim kemarau, menjadi ­­perhatian penting bagi peternak yang memelihara ternak seperti sapi, kambing, domba dll. Karena terbatasnya rerumputan pada musim kemarau.
Melimpahnya hijauan pada musim hujan adalah sauatu kesempatan bagi peternak untuk menyimpan pakan hijauannyauntuk musim kemarau. Tapi bagaimana caranya pakan hijauan tersebut yang disimpan tidak kering dan nilai gizi atau protein tidak berkurang, dan pakan hijauan tersebut dapat disimpan selama 1 bulan, 2 bulan atau 6 bulan bahkan 1 tahun. Untuk itu diperkenalkan salah satu lagi teknologi pengewatan pakan hijaun ternak yaitu Silase.
Pakan hijaun yang telah dipotong dari lahan seperti Rumput Gajah, kemudian dikeringkan dengan kandungan air 60% sebelum disimpan dalam kondisi tertutup tanpa udara atau yang biasa disebut anearob.
Cara membuat silase
Kenapa pakan hijauannya ini perlu dikeringkan? Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi kadar air hijaun, jadi pakan hijauan ini tidak dapat cepat rusak. Pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengering, atau mau lebih hemat bisa dijemur bentar dibawah terik matahari.
Apa itu silase? silase merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalamkantong plastic yang kedap udara atau silo, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri-bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu, yaitu Lactis Acidi dan streptococcus yang hidup secara anerob dengan derajat keasaman 4(pH 4).
Oleh karena itu mengapa pada saat proses silase pakan hijauan ternak yang tersimpan dalam kantong plastik atau dalam silo harus ditutup rapat, sehingga proses silase berjalan dengan baik dan pakan hijauan tidak cepat dibusukkan oleh bakteri lain dan jamur.
 Tujuan Membuat Silase Untuk Pakan Ternak
  1. Sebagai cadangan dan persediaan pakan ternak pada saaat musim tanpa penghujan (kemarau) yang panjang.
  2. Untuk meyimpan dan menampung pakan hijauan yang berlebih pada saat musim hujan, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu pada saat musim kemarau.
  3. Memanfaatkan pakan hijauan pada saat kondisi dengan nilai nutrisi terbaik seperti protein yang tinggi.
  4. Mendayagunakan sumber pakan dari sisa limbah pertanian ataupun hasil agroindustri pertanian dan perkebunan seperti bekatul, dedak, bungkil sawit, ampasa tahu,tumpi jagung, janggel jagung.
Proses Membuat silase:
Bahan-bahan yang perlu dipersiapkan:
  1. Tetes tebu(molasses) = 3% dari bahan silase
  2. Dedak hulus =5% dari bahan silase
  3. Menir =3.5% dari bahan silase
  4. Onggok = 3% dari bahan silase
  5. Rumput Gajah atau hijauan sebagai bahan silase
  6. Silo atau kantong plastik.
Cara membuat Silase
  • Potong rumput hijau tersebut dengan ukuran 5-10 cm dengan menggunakan parang, atau dengan menggunakan mesin chopper. Potongan rumput yang kecil tujuannya agar rumput yang dimasukkan dalam silo dalam keadaan rapat dan padat sehingga tidak ada ruang untuk oksigen dan air yang masuk.
  • Campurkan bahan pakan tersebut hingga menjadi satu campuran.
  • Bahan pakan ternak tersebut dimasukkan dalam silo dan sekaligus dipadatkan sehingga tidak ada rongga udara.
  • Bahan pakan ternak dimasukkan sampai melebihi permukaan silo untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyusutan isi dari silo. Dan tidak ada ruang kosong antara tutup silo dan permukaan pakan paling atas.
  • Setelah pakan hijauan dimasukkan semua, diberikan lembaran plastik, dan ditutup rapat, dan diberi pemberat seperti batu, atau kantong plastik, atau kantong plastic yang diisi dengan tanah.
Cara pengambilan silase
  • Sesudah enam sampai delapan (6—8) minggu proses ensilase telah selasai, dan silo dapat dibongkar, selanjutnya diambil ensilasenyas. Proses silase yang benar dapat bertahan satu sampai dua (1—2) tahun, bahjkan lebih.
  • Pengambilan silase secukupnya untuk pakan ternak, contonya untuk 3-5 hari.
  • Silase yang baru dibongkar sebaiknya dijemur atau diangin-anginkan terlebih dahulu.
  • Jangan sering-sering membuka silo untuk mengabil silase, ambil seperlunya, dan tutup rapat kembali silasesnya, agar silesa tidak mudah rusak
Ciri-ciri silase yang baik.
  • Rasa dan wanginya asam
  • Warna pakan ternak masih hijau
  • Teskstur rumput masih jelas
  • Tidak berjamur, tidak berlendir, dan mengumpal.

Sumber : Anonim.2016.Cara Membuat Silase Untuk Pakan Ternak.https://www.peternakankita.com/cara-membuat-silase-untuk-pakan-ternak/.Tanggal Akses 10 januari 2017


CARA MEMBUAT PAKAN BEBEK FERMENTASI

Sebelumnya selamat datang di blog peternakan kami di http://www.socfermentasipakan.com . Pada kesempatan kali ini saya akan sedikit memberikan referensi dalam pemberian akan bebek pedaging agar cepat besar .
Ternak bebek pedaging
Ternak bebek pedaging
Bagi anda yang saat ini sedang bergelut di dalam usaha peternakan bebek , sangat diwajibkan untuk anda mengetahui akan pakan bebek pedaging agar cepat besar . pemberian pakan tersebut semata-mata bertujuan untuk meningkatkan nilai jual bebek itu sendiri .
JIka nilai jual bebek sudah tinggi otomatis pemberian pakan tersebut juga mampu meningkatkan omset penjualan dari sebelum-sebelumnya .
PAKAN BEBEK PEDAGING AGAR CEPAT BESAR
Berbicara mengenai pakan bebek pedaging agar cepat besar , anda bisa memberikan bebek anda dengan pakan fermentasi . Pakan fermentasi ini sangat ampuh untuk mempercepat pertumbuhan hewan ternak (bebek) anda .
Terlebih lagi jika di dalam pembuatan pakan fermentasi anda menggunakan pola HCS dengan menggunakan SOC HCS untuk pakan bebek pedaging agar cepat besar tersebut , terdapat banyak sekali manfaat / khasiat yang bisa di dapatkan , yang beberapa diantaranya seperti bawah ini .
Manfaat apakan feremntasi pola HCS :
Sebelumnya SOC HCS merupakan sebuah suplemen organik cair untuk pembuatan pakan fermentasi . Manfaat SOC sendiri sangat ampuh dalam merangsang percepatan , pertumbuhan , kesuburan dan kesehatan hewan ternak .
Manfaat lainnya
Selain manfaat diatas , terdapat pula beberapa manfaat lainnya yang bisa didapatkan dari pemberian pakan fermentasi pola hcs ini , yang mana perlu anda ketahui manfaat tersebut beberapa diantaranya mampu :
SOC - HCS ~ Pakan Bebek Pedaging Agar Cepat Besar
SOC – HCS ~ Pakan Bebek Pedaging Agar Cepat Besar
>>> LIhat cara pemesanan SOC HCS di bawah artikel ini <<<
  • Pakan dapat disimpan sesuai kebutuhan
  • Mampu meningkatkan nafsu makan sehingga mempercepat pertumbuhan ternak
  • Daging hewan terutama rendah kolesterol
  • Kotoran hewan tidak menimbulkan bau/amoniak
  • Kotoran/limbah hewan berkualitas untuk dimanfaatkan menjadi pupuk
  • Dapat menyehatkan ternak ,mengurangi stress dan menekan penyakit, sehingga memperkecil angka kematian.
  • Mengurangi biaya produksi dan perawatan, karena jika menggunakan produk lama yang berbahan kimia biaya operasionalnya mahal.
  • Meningkatkan antibodi pada ternak sehingga tidak gampang diserang penyakit.
  • Menyeimbangkan mikroorganisme di dalam rumen dan meningkatkan nafsu makan.
  • Mempercepat pertumbuhan ternak dan terbukti untuk kambing bisa meningkat hingga 2,5-4kg/minggu. Tanpa menggunakan SOC rata 2,5 kg/bulan.
  • Meningkatkan kesuburan dan meningkatkan produksi daging, sehingga akan lebih menguntungkan peternak.

CARA PEMBUATAN PAKAN FERMENTASI
Setelah mengetahui akan manfaat dari pakan bebek pedaging agar cepat besar dengan cara fermentasi diatas , lantas bagaimana cara pembuatan nya ? Untuk pembuatan nya sendiri bisa anda simak caranya dibawah ini .
pakan fermentasi
pakan fermentasi
A. Bahan yang diperlukan :
  • Tempat pembuatan bisa terpal ,plastik besar atau tong besar
  • Limbah organik ” Gedebok pisang “
  • Bekatul , Ampas tahu , Jagung giling , Nasi aking
  • Gula pasir
  • Suplemen organik “Saya sarankan untuk menggunakan suplemen organik SOC – HCS”
B . Langkah – langkah pembuatan
  1. Sebelum pakan fermentasi dari gedebok pisang ini dibuat alangkah lebih baiknya jika
  2. SEHARI sebelum pembuatan pakan fermentasi anda melarutkan dulu GULA PASIR +
  3. SUPLEMEN ORGANIK SOC – HCS Yang dibiarkan selama semalaman .
  4. Kurang lebih 3 jam sebelum pembuatan anda harus merendam dulu nasi aking agar nasi tersebut mengembang
  5. Cacah gedebok pisang hingga menjadi cacahan kecil hingga bisa ditelan oleh entok
  6. Setelah semua siap , seiapkan tempat pembuatan pakan fermentasi bisa terpat , plastik besar atau apa saja
  7. Campurkan semua bahan yang telah disiapkan seperti jagung giling , ampas tahu , bekatul , dan gedebok pisang
  8. Setelah semua tercampur , semprotkan bahan tadi dengan larutan SOC – HCS + GULA PASIR yang sudah dilarutkan semalaman , Semprot secara merata
  9. Setelah penyemprotan dilakukan , aduk semua bahan tadi hinga sampai merata . Setelah itu tutup terpal atau tempat pembuatan hingga menjadi kedap oleh udara .
  10. Proses pembuatan pakan fermentasi untuk entok sedang berlangsung , tunggu hingga kurang lebih sampai 3 jam pakan fermentasi ini jadi dan siap diberikan kepada ternak entok anda .
CARA PEMBERIAN PAKAN FERMENTASI
Untuk pemberian pakan bebek pedaging agar cepat besar dengan cara fermentasi ini cara pemberian nya sama dengan cara pemberian pakan bebek biasa , akan tetapi alangkah lebih bagusnya jika pakan fermentasi yang sudah jadi ini dianginkan terlebih dahulu selama 15 menit , setelah itu baru pakan bisa diberikan
JIka pada saat pemberian pakan bebek anda tidak mau makan pakan fermentasi , tenang ini hal yang wajar karena ini baru pertama kali bebek dikasih pakan fermentasi . Terus saja berikan sedikit demi sedikit pakan fermentasi ini . Lama kelamaan juga bebek anda akan suka .
Setelah anda membaca paparan mengenai pakan bebek pedaging agar cepat besar diatas , sekarang tunggu apalagi segera praktekan metode diatas kepada peternakan bebek anda , agar anda bisa meningkatkan nilai jual dan omset penjualan bebek pedaging anda .
Jika diantara anda ada yang berminat mencoba mengaplikaskan metode diatas kepada peternakan anda , anda bisa langsung memsan SOC HCS nya kepada kami . Adapun untuk cara pemesanan nya bisa anda lihat dibawah ini .

Sumber: Anonim.2016.CaraMembuatPakanFermentasi.http://www.socfermentasipakan.com/pakan-bebek-pedaging-agar-cepat-besar/.Tanggal Akses 10 januari 2017

Saturday, January 7, 2017

TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN PADA BERBAGAI ITIK LOKAL

TINGKAT PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN PADA BERBAGAI ITIK LOKAL JANTAN(Anas Plathyrhinchos) DAN ITIK MANILA JANTAN (Cairrina Moschata )
 [GROWTH AND FEED CONVERSION RATE IN VARIOUS LOCAL MALE DUCK (ANASPLATHYRHINCHOS) MANILA AND DUCK MALE (CAIRRINA MOSCHATA)]

NikmatulArifah, Ismoyowati, Ning Iriyanti
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto


ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah Mengetahui pengaruh jenis itik lokal dan itik manila terhadap pertumbuhan absolute dan relatif,Mengetahui pengaruh jenis itik lokal dan itik manila terhadap konversi pakan. Materi yang digunakan adalah Itik Magelang jantan 20 ekor, Itik Mojosari jantan 20 ekor, Itik Tegal jantan20 ekor dan Itik Manila jantan 20 ekor umur 1 hari (DOD) sehingga jumlah materi seluruhnya ada 80 ekor anak itik. Pakan yang diberikan pada umur 4-10minggu adalah BR 1 dengan komposisi sebagai berikut: Protein kasar 20,5 %, ME 3000 kcal/kg. Petak kandang dengan ukuran 1m x 1m x 0,7 m sebanyak 20 unit.Peralatan kandang dan timbangan yang terdiri dari timbangan digital dan timbangan dengan ketelitian 10 g . Metode penelitian adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuanadalah T1 : itik manila, T2 : itik magelang, T3 : itik tegal T4 : itik mojosari, setiap unit perlakuan diulang 5 kali dan peubah yang diamati adalah pertumbuhan absolute, pertumbuhan relatif dan konversi pakan. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan uji kontral Orthogonal.Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pada pertumbuhan absolut dan relatif. Rataan pertumbuhan absolut pada itik magelang 668,44 g/ekor; itik tegal 887,32 g/ekor; itik mojosari 903,49 g/ekor dan itik manila 1179 g/ekor. Hasil kontras orthogonal menunjukan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata pada itik lokal dan itik manila. Hasil analisis variansi untuk konversi pakan menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap konversi pakan (P<0,01), dengan rataan itik mangelang 4,10; itik tegal 4,49; itik mojosari 4,45 dan itik manila 3,03. Kesimpulan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa itik Manila memiliki tingkat pertumbuhan dan konversi pakan yang lebih baik.

Kata Kunci : pertumbuhan absolut, pertumbuhan relatif dan Konversi Pakan

1.      PENDAHULUAN

Itik merupakan ternak yang termasuk spesies unggas air. Di Indonesia, itik adalah ternak unggas penghasil telur yang potensial selain ayam. Dalam memenuhi kebutuhan proten hewani, disamping peran unggas darat terutama ayam, unggas air juga memberi sumberdaya yang cukup besar terutama sebagai penghasil telur.Khususnya di Indonesia bibit unggul yang di ternakan kebanyakan jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.

Setioko et al. (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan itik sangat dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, lingkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi genetiknya. Wulandari (2005) melaporkan pertambahan bobot badan itik Cihateup asal Garut terus meningkat sampai dengan minggu ke-4 dan selanjutnya mengalami penurunan.

Wulandari (2005) melaporkan pertambahan bobot badan itik Cihateup asal Garut terus meningkat sampai dengan minggu ke-4 dan selanjutnya mengalami penurunan. Ensminger (1992) konversi pakan sangat berkorelasi dengan laju pertumbuhan. Kandungan nutrisi pakan yang diperlukan untuk pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh umur, bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan dan penyakit. Kesehatan unggas juga mempengaruhi nilai konversi pakan.

2.      METODE

Materi yang digunakan adalah Itik Magelang jantan 20 ekor, Itik Mojosari jantan 20 ekor, Itik Tegal jantan20 ekor dan Itik Manila jantan 20 ekor umur 1 hari (DOD) sehingga jumlah materi seluruhnya ada 80 ekor anak itik. Pakan yang diberikan pada umur 4-10minggu adalah BR 1 dengan komposisi sebagai berikut:Kadar air maksimum 12 %, Protein kasar minimum 20,5 %, ME 3000 kcal/kg, Lemak kasar minimum 5 %, Serat kasar maksimum 4,5 %, Abu maksimum 7 %, Calcium 0,9 - 1 % dan Phospor 0,7 - 0,9 %.Petak kandang dengan

ukuran 1m x 1m x 0,7 m sebanyak 20 unit.Peralatan kandang dan timbangan yang terdiri

dari timbangan digital dan timbangan duduk.

Metode penelitian adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuanadalah T1 : itik magelang, T2 : itik mojosari, T3 : itik tegal T4 : itik
manila atau entok, setiap unit perlakuan diulang 5 kali dan peubah yang diamati adalah pertumbuhan absolute, pertumbuhan relatif dan konversi pakan. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan uji Orthogonal Contrast.

Pertumbuhan absolut dihitung berdasadarkan Brody (1945) : LPA = W2 – W1

Keterangan :

LPA
= Laju Pertumbuhan Absolut
W1
= bobot badan pada umur 10 minggu
W2
= bobot badan pada umur 4 minggu

Pertumbuhan relatif dihitung berdasarkan Brody (1945):
LPR=

Keterangan :

LPR
= Laju Pertumbuhan Relatif
W1
= bobot badan pada umur 4 minggu
W2
= bobot badan pada umur 10 minggu

Konversi pakan berdasarkan Rasyaf(1994): Konversi pakan =

Keterangan :

KP = Konsumsi pakan (g)

PBB = Pertumbuhan bobot badan (g)

KP = Pakan yang di berikan – (sisa pakan + pakan tercecer)

Sisa pakan= Pakan sisa ditempat pakan + pakan yang ada di tempat minum

Sisa pakan yang di tempat minum dilakukan pengukuran kadar bahan kering untuk memenuhi jumlah pakan sisa.

3.      HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan pertambahan bobot badan yang dihasilkan pada umur 4 sampai 10 minggu yang di peroleh dari tiap jenis itik lokal jantan dan itikmanilajantan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Rataan bobot badanEntok dan Itik Lokal Umur 4 dan 10 Minggu.

Perlakuan
4 minggu
10 minggu

T1
512 ± 113,67
1700
± 101,55

T2
349,68
± 46,92
1021,23 ± 45,50

T3
382,68
± 6,65
1270
± 52,74

T4
324,49
± 23,86
1223,5 ± 71,99
Keterangan :T1= entok, T2= itik magelang, T3= itik tegal dan T4= itik mojosari


Hasil pengamatan menunjukkan pertambahan bobot badan itik meningkat pesat (fase akselerasi) dari minggu pertama dan mencapai titik infleksi antara umur 4-8 minggu. Setelah
itu, pertambahan bobot badan itik mulai melambat (fase retardasi). Hal ini sama dengan yang dilaporkan Hardjosworo (1989) pada itik magelang yang mengalami late growth (fase retadasi) pada umur delapan minggu. Rataan pertambahan bobot badan entok lebih besar yaitu 512 g pada umur 4 minggu selanjutnya itik tegal lebih besar dari pada itik magelang dan itik mojosari selisihnya tidak terlalu jauh. Tingkat pertumbuhan itik lokal umumnya juga lambat. Berbeda halnya dengan itik pedaging yang berasal dari luar negeri (impor) misalnya itik Pekin. Itik Pekin memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, bobot maupun kualitas karkas yang dihasilkan juga jauh lebih berat dan lebih baik dibandingkan dengan itik lokal.

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi pertumbuhan absolut, dan pertumbuhan relatif yang diperoleh dari tiap jenis itik lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Rataan pertumbuhan absolut dan pertumbuhan relatif pada Itik Lokal dan Itik anila

Peubah
Pertumbuhan Absolut (g)
Pertumbuhan Relatif (g)

T1
1179 ± 82,77c
0,18 ± 0,018a

T2
668,44 ± 23,89 a
0,17 ± 0,013a

T3
887,32± 46,32 b
0,18 ± 0,003a

T4
903,47 ± 79,40 b
0,20 ± 0,005 b

Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan berbeda nyata(P<0,05). T1= entok, T2= itik magelang, T3= itik tegal dan T4= itik mojosari.

Hasil analisis variansi menunjukkan jenis itik berpengaruh sangat nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan absolut dan realtif. Hasil ini menunjukkan bahwa entok dan itik berdasarkan pertumbuhan mengalami respon pertumbuhan relatif yang berbeda. Setelah diuji lanjut menggunakan uji kontras orthogonal dihasilkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01) antara entok dan itik lokal.

4.      Pertumbuhan Absolut dan Relatif

Rataan pertumbuhan absolut dan relatif menunjukan bahwa hasil analisis variansi dan uji lanjut kontras orthogonal menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,05) antara keempat jenis itik tersebut dengan pertumbuhan yang berbeda. Setelah di uji lanjut dengan kontras orthogonal dihasilkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01) antara itik lokal dan itik manila. Hal tersebut menunjukan bahwa pada berbagai jenis itik mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda. Genetik sangat mempengaruhi pertumbuhan ternak. Meisji dkk (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh ternak tersebut seperti sifat yang diturunkan oleh keturunannya dan warna bulu, sedangkan faktor lingkungan memberi kesempatan pada ternak untuk menampikan kemampuannya. Seekor ternak tidak akan menunjukan penampilan yang baik apabila tidak dilindungi oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup dipelihara.

Susanti (2003) menyatakan bahwa faktor genetik sangat mempengaruhi pertumbuhan itik lokal. Selain itu rataan bobot telur dan bobot tetas jenis itik Tegal, itik Magelang dan itik







Mojosari berbeda masing-masing adalah 66,82 g, 68,89 g dan 66,64 g serta 40,22 g, 41,72 g dan 38,35 g.

Entok jantan memiliki bobot yang lebih besar diakhir penimbangan dibandingkan pada itik lokal. Terjadinya laju pertumbuhan yang besar pada ternak jantan disebabkan peran hormon androgen. Meisji dkk, (2012) menyatakan bahwa pada beberapa hewan , hormon androgen menstimulasi anabolisme protein dan juga meningkatkan retensi nitrogen. Hal ini merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada jantan yang lebih cepat dan lebih baik. Hormon androgen ini ikut serta dalam proses pertumbuhan tulang dan memperbesaran jumlah serta ketebalan serabut otot serta kekuatan daya rentang dan kemampuan kerja otot. Hal ini merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada itik jantan dewasa yang lebih cepat dan lebih baik Nalbanvo (1990).

Respon pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya kesehatan, pakan dan manajemen Campbell (1997). Kecepatan pertumbuhan mempunyai variasi yang cukup besar salah satunya bergantung kepada kualitas ransum yang digunakan. Campbell (1997), menyatakan bahwa beberapa bangsa itik lokal jantan dari tipe petelur yang mempunyai pertumbuhan tinggi diperoleh pada anak itik janta mojosari, tegal, turi, magelang dan alabio. Kontecka (1995), menyatakan bahwa percepatan pertumbuhan maksimum itik terjadi pada umur 4-10 minggu dan menurun cepat setelah itu. Okeudo (2002) menyatakan bahwa peningkatan pertumbuhan bobot badan itik jantan pegagan hanya terjadi sampai dengan umur 9 minggu, kemudian bobot badannya menurun.

Laju pertumbuhan merupakan sifat yang diturunkan (terkait genetik) dan sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan lingkungan (Ensminger, 1992). Tata laksana pada penelitian ini dilaksanakan seragam pada setiap perlakuan dan pakan yang diberikan memiliki kandungan protein kasar cukup tinggi (20,5 %) serta ad libitum.

5.      Konsumsi dan Konversi Pakan

Rasyaf (1994) menyatakan bahwa konversi ransum dihitung dengan cara membagi jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan selama pemeliharaan.

Tabel 3.Rataan Konsumsi dan Konversi Pakan pada Itik Manila dan Itik Lokal.

Peubah
Konsumsi Pakan (g)
Konversi Pakan

T1
84,71±
11,43
3,03 ± 0,21

T2
65,2±
6,98
4,10 ± 0,15

T3
94,6±
6,98
4,48 ± 0,23

T4
95,18 ± 5,79
4,45 ± 0,42

Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perlakuan berbeda nyata(P<0,05). T1= entok, T2= itik magelang, T3= itik tegal dan T4= itik mojosari.

Hasil analisis variansi menunjukan bahwa perlakuan berubah sangat nyara (P<0,05) terhadap konversi pakan pada itik lokal dan itik manila. Hasil ini menunjukan bahwa entok dan itik berdasarkan konversi pakan mengalami respon yang berbeda dari masing-masing jenis itik. Setelah diuji lanjut dengan kontras orthogonal dihasilkan bahwa terdapat


perbedaan sangat nyata (P<0,01) antara itik lokal dadn itik manila. Hasil rataan konsumsi pakan selama 4-10 mingggu itik mojosari lebih tinggi dari pada itik tegal, itik magelang dan itik manial. Hal tersebut dapat disebabkan dari perilaku makan yang berbeda antara itik lokal dan itik manila.

Mahata (1993) menyatakan bahwa ternak akan mengkonsumsi pakan sesuai dengan batas kemampuan biologisnya sekalipun diberikan pakan yang berprotein tinggi. Pakan yang diberikan pada penelitian ini sama pada tiap perlakuan yakni ad libitum, sehingga itik dengan bobot badan kecil maupun itik dengan bobot badan besar mendapat kesempatan yang sama dalam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, pakan yang diberikan selalu dalam kondisi baik dan di ganti setiap hari. Sistem pemberian ini menyebabkan pakan terjaga dengan baik. Ensminger (1992), menytakan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu genetik, bangsa, besar tubuh, jenis kelamin, umur dan tingkat konsumsi.

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh bangsa, genetik, besar tubuh, jenis kelamin, umur, tingkat produksi telur, besar telur, aktivitas, tipe kandang, palatabilitas pakan, kandungan energi pakan, kualitas kecernaan pakan, konsumsi air, suhu tubuh, kandungan lemak tubuh dan tingkat stress (North dan Bell, 1990). Perilaku kanibal juga dapat menurunkan konsumsi pakan, pertumbuhan dan konversi pakan. Konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan (Ensminger, 1992). Hasil penelitian Margawati (1985) menunjukkan konsumsi dan konversi pakan dipengaruhi oleh tingkat kepadatan kandang.

Konversi pakan pada ke empat jenis itik menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Berbagai jenis itik memiliki potensi efisiensi yang sama dalam merubah pakan untuk pertumbuhan. Nilai konversi pakan keempat jenis itik ini berkisar antara 3,03 sampai 4,49 dengan rataan 4,02. Nilai konversi pakan yang didapatkan dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan nilai konversi pakan yang didapatkan Wulandari (2005) pada itik Cihateup.

Suprijatna (2005) yang menyatakan bahwa konversi pakan sebagai tolak ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi itik menjadi jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan adalah cara yang masih dianggap terbaik. Semakin rendah nilai konversi pakan maka ternak tersebut semakin efisien dalam merubah pakan menjadi jaringan tubuh.

Hal ini dapat disebabkan karena entok dan itik lokal memiliki potensi efisiensi yang sama dalam merubah pakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh. Berbeda dengan hasil penelitian dari Bintang (2000) menyatakan bahwa entok jantan lebih efisien dalam penggunaan pakan dibandingkan itik lokal. Berdasarkan pengamatan selama penelitian entok jantan memiliki tingkat kesetresan palaing tinggi dibandingkan dengan itik lokal sehingga mengakibatkan deplesi atau tingkat kematian yang lebih tinggi. Ketaren (2001) menyebutkan bahwa buruknya konversi pakan itik disebabkan oleh perilaku makan itik termasuk kebiasaan itik yang segera mencari air minum setelah makan. Pakan umumnya terbuang pada saat itik tersebut pindah dari tempat pakan ke tempat minum maupun juga terlarut di dalam wadah air minum.

6.      SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa itik Manila memiliki tingkat pertumbuhan dan konversi pakan yang lebih baik.

7.      UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Fakultas Peternakan Unsoed, Ketua LPPM UNSOED atas dana Hibah Kompetensi Dikti dan rekan-rekan satu tim penelitian.




DAFTAR PUSTAKA

Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Pub.Corp., New York Halaman: 18.

Campbell, T.W. 1997. Avian Hematology and Cytology. 3th Ed. Llowa State University Press. Ames.

Ensminger, M. A. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series).3th Ed.Interstate Publisher, Inc. Danville, Illionis.

Hardjosworo, P. S. 1989. Respon Biologik Itik Tegal Terhadap Pakan Pertumbuhandengan Berbagai Kadar Protein. Disertasi. Program Pasca Sarjana. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Ketaren, P.P. 2001. Kebutuhan Gizi Itik Petelurdan Itik Pedaging.AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Kontecka, H., J. Ksiazkiewicz, and Elzbieta C. 1995. Change in the Values of Hematological Indices in Laying Season and and Their Connetion With Reproduction Traits in Duck. In: Proceedings of 10th European Symposium on Waterfowl March 26-31 1995 Halle (Saale), Germany.

Margawati, E. T. 1985. Pengaruh Tingkat Kepadatan Kandang Itik dalam Sangkar Terhadap Pertambahan Berat Badan pada Periode Awal Pertumbuhan. ProsidingSeminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Hlm. 256-261.

Mahata, M. E. 1993. Kebutuhan Protein Itik Lokal Berdasarkan Efisiensi PenggunaanProtein pada Periode Pertumbuhan.Tesis. Pendidikan Pasca Sarjana. KPKIPBUnand. Universitas Andalas, Padang.

Meisji L. Sari, R.R. Noor, Peni S. Hardjosworo dan Chairun Nisa. 2012. Kajian Karakteristik Biologis Itik Pegagan SumatraSelatan.Jurnal Lahan SubOptima. Vol. 1, No. 2: 170-176

North, M. O. dan D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed.Chapman and Hall, London.

Okeudo, N. J., I.C. Okoli, and G.O.F. Igwe. 2002. Hematological Characteristics of Duck (Cairina moschata) of Southeastern Nigeria. Tropicultura, 21, 2, 61-65.

Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, B. Brahmantiyo dan M. Purba. 2002. Koleksi dan Karakterisasi Sifat-Sifat Beberapa Jenis Itik. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
Suparyanto, A. 2005. Peningkatan Produktivitas Daging Itik Mandalung Melalui Pembentukan Galur Induk. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susanti, R. D. T. 2003. Strategi pembibitan itik Alabio dan itik Mojosari.Tesis.Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wulandari, W. A. 2005. Kajian Karakteristik Itik Cihateup.Tesis.Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


Sumber;Arifah,Nikmatul.dkk.2013.JurnalIlmiahPeternakan.http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PETERNAKAN/PETERNAKAN%202013/TINGKAT%20PERTUMBUHAN%20DAN%20KONVERSI%20PAKAN%20PADA%20BERBAGAI%20ITIK%20LOKAL%20JANTAN%20(Anas%20Plathyrhinchos)%20DAN%20ITIK%20MANILA%20JANTAN%20(Cairrina%20Moschata%20).pdf.Di Akses Pada Tanggal 08 januari 2017


)
:
T
A
A
F
N
A
M
R
E
B
A
G
O
M
E
S